Oleh: Kristin Samah
JAKARTA—Papua adalah berita tentang konflik dan daerah tertinggal. Persepsi itu semula melekat di pikiran sebagian orang yang menyaksikan pameran foto Binmas Noken di Perpustakaan Nasional lantai III, Jalan Medan Merdeka Selatan.
Pandangan mulai bergeser ketika mereka menyaksikan foto-foto kegiatan Binmas Noken yang merupakan kebijakan pendekatan kemanusiaan Polri. Memang benar, satu foto, berjuta makna.
Imam, siswa sebuah SMK di Jakarta sengaja mengunjungi pameran foto karena penasaran dengan Papua. Ia menangkap harapan dalam hubungan anak-anak dengan Polisi.
“Sepertinya anak-anak yang awalnya ragu dan takut pada Polisi, setelah berkenalan jadi akrab ya…” ujarnya sambil menujukkan foto Polisi sedang bergandengan dengan anak-anak.
Selama ini, Imam hanya mendengar Papua dari pelajaran di sekolah. Ia melongo dengan keindahan alam Papua. Ia juga baru memahami bahwa ada kesenjangan antara Jakarta dan Papua.
Lain lagi seorang ibu yang juga mahasiswa Universitas Terbuka (UT). Ia menghapus air matanya sambil mengenakan sally, pakaian khas Papua untuk perempuan berupa rumbai-rumbai.
“Saya selalu tidak tahan melihat anak-anak. Dan foto-foto yang dipamerkan rata-rata menampilkan wajah anak-anak yang penuh harapan. Mereka seperti merindukan sentuhan dan kasih sayang,” ujarnya.
Papua memang satu-satunya daerah di Indonesia yang masih terlibat konflik. Di kawasan Pegunungan Tengah khususnya, banyak guru yang tidak mengajar karena alasan keamanan. Jadilah Binmas Noken mendongeng dan mengajar pelajaran-pelajaran dasar seperti membaca dan menulis.
Anak-anak yang selama ini mengalami trauma konflik, pelan-pelan mulai mengenal dan dekat dengan Polisi. Pameran foto berlangsung hingga 24 Mei 2019. Setiap pengunjung akan mendapat cindera mata berupa gelang Papua. Pengunjung juga bisa berfoto mengenakan mahkoto dan pakaian tradisional khas Papua. (*)