Ad imageAd image

Kopi Tiom dan “Body Vest”

112 Views
3 Min Read

Oleh: Kristin Samah

JAKARTA (4/8/2018)—Hampir semua peserta lelang terbelalak ketika satu kilo kopi Tiom, Lanny Jaya terjual dengan harga Rp 5,3 juta. Mengejar Panama Geisha yang pernah terjual 700 dollar per kg dan mengalahkan kopi Gunung Puntang dari Jawa Barat yang pernah terjual Rp 2 juta per kilo.

Rekor mengejutkan itu terjadi di Festival Kopi Papua 2018 yang diselenggarakan Bank Indonesia di Jayapura. Saya yang tiga pekan lalu sempat berada di Lanny Jaya turut bangga memiliki kopi termahal di Indonesia.

Teringat dari Wamena ke Lanny Jaya, perjalanan darat ditempuh selama kurang lebih tiga jam dengan mobil offroad. Saya duduk di depan, lengkap dengan rompi antipeluru. Tahu kan artinya kalau sudah harus pakai kostum seperti itu?

Di beberapa ruas jalan memang ada yang terjal belum beraspal. Namun untuk ukuran pegunungan, jalanan itu cukup baik bila dibanding jalan darat yang pernah saya lalui di Boven Digoel.

Bisa jadi cerita yang mengiringi perjalanan itulah yang membuat bulu roma bergidik. Melintasi Pirime, diceritakan tahun 2012, Markas Polsek diserang Kelompok Kriminal Bersenjata. Kapolsek pun menjadi korban.

Sopir berpostur kecil ternyata tak hanya lihai bermanuver tetapi juga ringan menceritakan kisah-kisah di sepanjang perjalanan.

Ingin sekali saya tidak mempercayai kisah-kisah itu andai Wakapolres Lanny Jaya, Kompol Arung Ranteupa, tidak menceritakan apa yang terjadi akhir tahun 2017. Mapolres diberondong peluru dari arah pegunungan ketika sedang apel pagi. Tak ada korban jiwa.

Saya memegang erat-erat body vest sambil mata mengikuti telunjuk Wakapolres yang menerangkan di mana Kelompok Kriminal Bersenjata melakukan serangan.

Keamanan menjadi kemewahan di Lanny Jaya. Di kabupaten itulah kenikmatan dari biji kopi red cherry berasal. Ditanam di ketinggian 2.150 meter di atas permukaan laut, bukan diplanting tapi ditanam di atas tanah asli pegunungan.

Piter Tan, pengusaha kopi yang mengelola kopi Arabica Typica dari Tiom, Lanny Jaya, menjamin kualitas rasa karena diproses secara natural. Beruntung upayanya mengangkat ekonomi petani kopi Tiom mendapat uluran Polres Lanny Jaya.

Sampai situasi keamanan memungkinkan, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengizinkan petani menitipkan biji kopi di Mapolres Lanny Jaya. Dari situ barulah Piter membawa melalui jalan darat ke Wamena, baru diterbangkan ke Jayapura.

Tapi bukan soal keamanan itu saja yang membuat kopi Tiom istimewa. Rata-rata kopi asal Papua kualitasnya memang juara. Itu terbukti dari harga lelang yang membuat peserta berdecak kagum. Robusta asal Yapen yang harga pasaran Rp 20 ribu per kilo terjual satu juta.

Lelang dimulai dengan harga rendah. Buyer berjumlah 40 orang itu berlomba-lomba menawar harga karena tahu semua kopi Papua diproses secara natural. Satu hal lagi, persediaannya sangat terbatas.

Ah… andai mereka yang suka baku tembak itu mau menikmati uluran secangkir kopi Tiom… (***)

Share this Article